Scroll to top

Yuk jual dan beli paket wisata teman2 disini, Daftar Sekarang!

Keranjang Belanja

Museum Negeri Aceh
Menelisik Sejarah Serambi Mekkah

Rabu, 09 Nov 2022, 16:19:11 WIB / By Himawan

Museum Negeri Aceh

Keterangan Gambar : Museum Negeri Aceh @Himsaifanah


Museum ini merupakan wisata sejarah mulai era Kerajaan Hindu hingga masuknya Islam ke nusantara.  Ibarat mesin waktu, tempat ini menyimpan benda-benda pra sejarah dan peninggalan lainnya mulai rentang abad ke 13 hingga abad ke-17. Ruang pamer tetap dan rumah adat menjadi mascot Museum Negeri Aceh.


Atmosfir budaya Aceh tempo dulu yang disuguhkan lewat keberadaan rumah adat. Rumah tradisional berbentuk panggung dengan tiang-tiang penyanggga yang kokoh. Istimewanya rumah tradisional ini tidak menggunakan paku melainkan tali ijuk dan pasak untuk menghubungkan setiap bagiannya.

 

Detail arsitektur yang melekat padanya mewakili ikon budaya dan sejarah karena memuat hampir semua jenis kerajinan beragam etnis yang berdiam di provinsi ujung barat Indonesia itu. Ukiran kayu yang terpahat pada peralatan rumah tangga dan alat untuk bekerja membentuk pola simetris, belah ketupat, dan kaligrafi.

 

Selain arsitektur luar, rumah adat Aceh juga mempunyai nilai filosofis. Sebut saja pembangunan rumah yang menghadap ke barat dimaksudkan agar bangunan tidak mudah rubuh saat terjadi angin kencang. Hal itu juga dimaksudkan agar asap dari dapur yang dulunya menggunakan kayu bakar untuk memasak tidak masuk ke ruang tidur atau serambi muka. Selain tentu saja arah barat dipilih untuk mudah menentukan arah kiblat oleh penghuninya.

 

Selain berkunjung ke rumah adat, sempatkan juga menyambangi gedung ruang pamer tetap. Bangunan tiga lantai ini menyimpan koleksi museum yang telah melintasi zaman. Mulai dari era Kerajaan Hindu pada abad ke-13 hingga masuk dan berkembangnya Islam ke nusantara dan puncak msa keemasan Abad ke-17 pada masa kerajaan Aceh Darussalam  pada abad ke-17.

 

Menginjak lantai satu kita diajak memasuki Bustanul bumi atau bentang alam Aceh dengan semua potensi yang ada di dalamnya. Lanjut ke lantai dua kita diajak merasakan kemashuran Aceh masa silam yang diberi tajuk Bustanul Salatatin. Menapaki lantai tiga kita memasuki Bustanul Syuhada yang berarti tempat para pahlawan dan peralatan perang disimpan. Semangat juang itu dikobarkan oleh foto para pahlawan seperti Ratu Perang Cut Nyak Dhien, pemimpin armada laut perempuan Laksamana Malahayati, serta hikayat perang sabi yang mengobarkan semangat tempur para pejuang Tanah Rencong yang dikenal agresif. Rencong, tombak, dan senjata tradisional lainnya menjadi pennghuni utama Bustanul Syuhada. Di lantai 4 kita memasuki era kemerderkaan yang disiarkan oleh Radio Rimba Raya yang berpusat di dataran tinggi Aceh yang menjadi cikal bakal lahirnya RRI. Serta laskar mujahidin yang bermetamorfosis menjadi TNI. Tak ketinggalan miniatur pesawat RI pertama yang disumbang Aceh dan menasbihkannya sebagai daerah modal. Mementahkan klaim Belanda yang berkoar-koar telah menaklukkan nusantara.

 

Aceh sudah memberikan putra putri terbaik dan semua yang dipunya kepada ibu pertiwi. Mengunjungi Museum Aceh ibarat memasuki ‘mesin waktu’ yang memutar jejak rekam sejarah. Sebuah ‘brankas memori’ yang tak termakan waktu.




Silahkan Login untuk memberikan Komentar...