Scroll to top

Yuk jual dan beli paket wisata teman2 disini, Daftar Sekarang!

Keranjang Belanja

Museum Tsunami Aceh
Wisata Pendidikan Sarat Hikmah

Senin, 24 Okt 2022, 17:03:44 WIB / By Himawan

Museum Tsunami Aceh

Keterangan Gambar : Museum Tsunami Aceh @himsaifanah


Tsunami tak selalu tentang kesedihan. Ada banyak sisi lain dari bencana tersebut menarik untuk disingkap. Salah satunya adalah keberadaan Museum Tsunami. Bangunan yang tak ubahnya laboratorium bencana tersebut menjadi destinasi ‘wajib’ jika anda berkunjung ke Banda Aceh. Didirikan tahun 2009 silam, tempat ini akan membawa pengunjung merasakan suasana mahaduka saat gempa dan tsunami meluluh lantakkan pesisir barat Indonesia.

 

Tak seperti lazimnya  museum yang tutup saban Senin, Museum Tsunami Aceh yang berlokasi di Jalan Sultan Iskandar Muda, Sukaramai, Baiturrahman, Banda Aceh itu buka setiap harinya. Kebijakan ini dibuat mengingat tingginya kunjungan baik dari wisatawan domestik maupun mancanegara. Tambahan lagi pengunjung tidak dikenakan tiket masuk, kecuali jika anda menggunakan jasa pemandu atau memboyong fotografer untuk pemotretan.

 

Memasuki pintu utama pengunjung dibawa ke suasana saat peristiwa itu terjadi. Lorong tsunami dirancang sedemikan rupa dengan atmosfer gelap, pengab, dan lembab. Gema suara dan rintik air membawa imaji pengunjung saat tsunami datang menerjang. Kemudian pengunjung memasuki sumur doa, ruang kecil dan juga gelap yang menukilkan nama-nama korban di sekelillingnya dengan lafazh Allah di puncak raungan berdinding silindris. Lorong kebingungan di muka sumur doa akan membawa anda merasakan nestapa yang merundung masyakarata Aceh kala itu. Dibangun berkelok – kelok dan terbilang sempit lagi gelap. Secercah cahaya menyambut di ujung lorong. Ya,  jembatan harapan menggambarkan kebangkitan rakyat Aceh dari trauma dan keterpurukan usai  disapu bencana. Di langit-langit jembatan kokoh yang terbuat dari kayu berpinggiran material serupa besi itu menggelantung nama-nama dan bendera negara donatur.

 

Jika ingin mengetahui lebih dalam, ayunkan langkah anda memasuki ruang pamer. Dokumentasi berupa foto dan audio visual disuguhkan untuk merawat ingatan dan berbagi pengalaman kepada pengunjung.

 

Selain sarana edukasi bencana, rancangan Museum Tsunami yang artistik sangat layak diabadikan. Lelah berkeliling? Anda bisa bersantai di Taman dengan atmofer modern berupa kolam dengan ikan hias sebagai penghuni dan batu-batu khas rancangan Wali Kota Bandung yang mengapit sepanjang sisi kolam. Menawarkan suasana lega. Cafetaria  dan juga sovenir shop yang berada terpisah di lantai bawah bisa menjadi pilihan melengkapi wisata sejarah anda.


Museum ini merupakan sebuah bangunan yang dibangun dan didedikasikan untuk mengenang peristiwa tsunami. Sebuah peristiwa alam yang terjadi 26 Desember 2004 yang menelan ratusan ribu korban jiwa dan meluluhlantakkan sebagian Aceh. Selain sebagai wisata sejarah, gedung rancangan arsitek yang juga Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil tersebut juga menjadi berfungsi sebagai sarana edukasi bencana.


Pengunjung diajak merasakan suasana sesaat dan paska terjadinya tsunami melalui bangunan yang dirancang sedemikian rupa mengikuti kronologis bencana. Selain belajar kebencanaan, pengunjung juga bebas mengabadikan keindahan gaya arsitektur setiap detil gedung rancangan khas Ridwan Kamil.


Di sekitar Museum Tsunami ada banyak tempat menarik untuk dikunjungi seperti berikut ini.


Kherkof

Dibangun sejak 1880, Kherkof menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi lebih dari 2.200 serdadu Hindia Belanda. Selain menjadi tempat pengistirahatan terakhir bagi sebagain besar tentara Kerajaan Hindia Belanda, dalam area perkuburan itu juga terdapat makam putra mahkota Sultan Iskandar Muda yaitu, Pangeran Pho-tu-tjoet yang konon dihukum mati oleh sang ayah yang seorang sultan lantaran berbuat kriminal. Oleh karena itu Kherkof juga kerab disebut kuburan Peutjut. Kherkof sendiri berasal dari Bahasa Belanda yang berarti halaman gereja atau kuburan.


Taman Sari

Taman seluas 3.000 meter persegi tersebut sudah ada sejak zaman Kerajaan Aceh Darussalam. Tempo dulu luasnya mencapai 1/3 Kota Banda Aceh. Mulanya Taman Sari bernama Taman Ghairah yang merupakan taman istana tempat bermain keluarga raja. Satu kesatuan dengan Bustanussalatin yang artinya taman raja-raja. Dibangun sebagai taman kesultanan Aceh, tepatnya pada tahun 1514 M.  Bustanussalatin terbentang di sepanjang Krueng Daroy yang melintasi Gunongan, Pinto Khop, Kandang, hingga Pulau Gajah, dan Masjid Raya. Krueng dalam bahasa lokal bermakna sungai. Krueng Daroy sendiri merupakan sungai buatan serupa kanal yang membelah kawasan Bustanussalatin.


 Taman Putro Phang

Taman ini merupakan bagian dari persembahan Sultan Iskandar Muda kepada sang permaisuri dari Pahang, Malaysia. Sebelumnya pada tahun 1613 dan tahun 1615 tentara laut dan darat Kerajaan Aceh Darussalam berhasil menaklukkan Kerajaan Johor dan Kerajaan Pahang di Semenanjung Utara Melayu. Sebagaimana tradisi pada masa itu, kerajaan yang kalah perang harus menyerahkan rampasan perang, upeti, dan pajak tahunan. Termasuk juga menyerahkan putri kerajaan untuk diboyong sebagai tanda takluk.


Masjid Raya Baiturrahman

Bagi masyarakat Aceh, Masjid Raya Baiturrahman bukan sekedar rumah ibadah. Masjid tersebut adalah simbol dari spirit perjuangan. Pernah dibakar dan dibangun kembali oleh penjajah Belanda tatkala perang Aceh berkecamuk. Di masjid ini pula lah salah seorang jenderal Belanda, Kohler meregang nyawa. Ketika dari balik reruntuhan masjid seorang gerilyawan Aceh, Teungku Imum Luengbata (19) melesakkan besi panas tepat di jantung sang jenderal. Sebuah peristiwa yang memukul mental serdadu Belanda dan menggemparkan Eropa. Masjid Raya Baiturrahman yang dibangun pada tahun 1612 itu bukan sekedar rumah ibadah, melainkan benteng pertahanan. Masjid yang dibangun pada abad ke-17 itu telah melawat melintasi zaman dari era kerajaan, perang kemerdekaan, hingga bencana maha dahsyat tsunami. 




Silahkan Login untuk memberikan Komentar...